*Oleh : Robby Patria
Hari ini dolar sudah melewati angka Rp16.000. Artinya kalau yang pernah belajar ekonomi akan paham kondisi ini. Semoga devisa kita masih kuat menahan melambungnya dollar. Ditambah kondisi stagnasi ekonomi bahkan cenderung menurun.
Corona memang membuat suatu negara harus waspada maksimal.
Tentu pihak ekspor produk akan dapat untung besar. Tapi stop ekspor masker dulu, karena kami masih perlu masker. Apotek di kota Tanjungpinang maupun Batam kekurangan masker.
Apalagi jika diberlakukan lockdown, bisa dibayangkan bagaimana kondisi ekonomi. Tetapi di satu sisi, jika hanya pembatasan sosial, apakah bisa dengan maksimal dipatuhi warga kita. Dan ujungnya warga tetap berkumpul.
Adalah Lingga, kabupaten yang masih nihil ODP dan PDP korona memblok semua pelayaran menuju kabupaten itu. Langkah antisipasi yang cepat tanggap diberlakukan Bupati Lingga H. Alias Wello melindungi warganya dari penyakit mematikan itu. Selain Lingga, Tegal juga memberlakukan hal yang sama. Mengunci daerah dari pendatang yang baru masuk ke daerah tersebut.
Kepri termasuk daerah yang dilema. Karena ribuan warga Indonesia yang kerja di Malaysia dikembalikan melalui Tanjungpinang, Batam dan Karimun. Padahal kita ketahui bersama, Malaysia salah satu negara di ASEAN yang banyak positif korona.
Saat ini diperlukan kesadaran sendiri dari warga untuk memulai mengajak saudara saudara kita yang biasa ngumpul, untuk berdiam diri di rumah. Di rumah berkumpul bersama keluarga. Yang belum punya anak atau istri, ya, siapkan buku banyak banyak menemani hingga menunggu fajar esok hari terbit.
Yang sudah punya anak, maka inilah momentum anda mengatahui bagaimana mendidik dan mengajari anak di rumah. Mengingat peran guru yang maha penting. Sudah saatnya pihak yang berkepentingan naikkan gaji guru setinggi tingginya. Karena tidak gampang mengejar anak anak dengan kesabaran itu. Tentu beda mengajar anak anak di bangku kuliah dengan mereka yang SD atau SMP.
Anda kalau jadi bupati atau jadi kepala dinas, betapa repotnya mengajar pelajaran SD saat ini.
Saat pelajaran itu sudah lama ditinggalkan. Puluhan tahun lalu.
Mau e learning, tidak semua rumah rumah murid tersedia internet di dalam rumah. Bahkan tidak semua orang tua punya smartphone. Sehingga mereka yang tak punya smartphone, bagaimana bisa akses materi yang diajarkan guru dari rumahnya?
Beda dengan sekolah yang semua murid di rumahnya ada wifi. Mereka bisa online belajar tahap muka virtual melalui banyak fasilitas yang tersedia di internet. Yang tidak ada fasilitas WiFi, ya, sabar saja. Syukuri apa yang ada. Makanya meratakan kualitas pendidikan itu wajib daripada banyak mengalokasikan anggaran yang tidak ada kaitan dengan penuhi kualitas pendidikan. Karena proses akan berjalan sendirinya tanpa menghianati hasil.
Dan jangan lupa berdoa, jaga kesehatan.Ikuti anjuran dan fatwa pihak yang berkompeten untuk mencegah wabah ini segara berlalu.
Ingat, jauhi berkumpul. Di mana pun itu sementara waktu ini.
Banyak analisis dan prediksi, bagaimana Indonesia mengatasi korona berbanding dengan negara maju lainnya seperti Korea Selatan, maupun China. Kelemahan Indonesia adalah kurangnya fasilitas kesehatan dibandingkan dengan jumlah penduduk.
Maka, berdoa dan berusahalah jangan sampai pernah menjadi pasien korona ketika fasilitas kesehatan itu terbatas. Kejadian di Italia banyak yang meninggal karena keterbatasan fasilitas kesehatan sehingga dokter harus memilih siapa pasien yang akan mereka selamatkan. Itulah kesedihan mendalam Italia.
*Penulis : Wakil Ketua ICMI Tanjungpinang
Comment