Oleh : Buana F Februari *
Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah serentak memanglah sudah tak lama lagi akan diselenggarakan, boleh dikata hanya hitungan bulan menjelang hari H nya. Namun makin kesini makin terasa aroma pertikaian yang terjadi antar sesama bakal calon ataupun antar sesama pendukungnya. Alkisah terjadi di Kepulauan Riau, negeri segantang lada, negeri pasir bedengung..
Kepulauan Riau atau yang biasa disebut Kepri termasuklah dalam salah satu daerah provinsi yang akan menyelenggarakan Pemilihan Gubernur di tahun 2020 ni, seperti hal nya daerah lain, di Kepri pun gelagat pertikaian sudah mulai nampak, dan harapan kita bersama cukuplah hanya sekadar pertikaian biasa dalam konteks Pilkada dan janganlah pulak sampai menyimpan dendam kesumat hingga ke anak cucu, possisseee…
Cakap pasal bertikai bukan sekadar bual belaka, perkara ni penulis angkat sebab akhir-akhir ini ramai orang membicarakan sebab musabab terjadinya pertikaian itu, adapun yang tengah bertikai adalah sang pelaksana tugas Gubernur Kepulauan Riau, Tuan Isdianto dan sahabat karibnya sendiri Tuan Surya Respationo yang juga Ketua DPD PDIP Kepri. Pelik memang bagaimana mungkin 2 orang sahabat yang dikenal sangat dekat ini bisa sampai pecah kongsi. Cobaan…
Kita menengok ke belakang di saat Gubernur Kepulauan Riau Tuan H.M. Sani wafat di tengah melaksanakan tugasnya lalu kemudian sang Timbalan Tuan Nurdin Basirun naik tahta menjadi Gubernur, sampai disini bermula lah drama panjang untuk mengisi kedudukan Timbalan yang ditinggalkan Tuan Nurdin, berbagai intrik dan beradu ilmu terjadi saat itu sampailah akhirnya dengan gagah perkasa dan gegap gempita Tuan Isdianto melenggang kacak ke kursi Timbalan atau Wakil Gubernur Kepri dan dilantik pada 27 Maret 2018, tapi satu Kepri tahu kalau posisi itu diraih Tuan Isdianto berkat sokongan sahabat karibnya yang bernama Surya Respationo. Bak kata pepatah seperti menegakkan benang basah, pekerjaan menjadikan Isdianto Wakil Gubernur adalah sebuah hil yang mustahal eh salah hal yang mustahil.
Di awal berpasangan secara paksa, antara Tuan Nurdin dan Tuan Isdianto terlihat seperti mesra dan kompak, keduanya kerap hadir bersama dan kadang berbagi tugas mengawaki kapal besar bernama Kepulauan Riau. Tapi siapa nyana, petaka terjadi di 10 Juli 2019, Tuan Nurdin ditangkap KPK, sejak itu hari-hari Nurdin dilalui di Lokap KPK di Jakarta sana. Kesian…
Tak pakai lama, Tuan Isdianto pun didaulat Kementerian Dalam Negeri sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Kepulauan Riau hingga hari ini, dan akan dilantik penuh sebagai Gubernur definitif sebentar lagi, garis tangan dua beradek ni almarhum HM. Sani dan Isdianto memanglah bagus, mari kita doakan semoga Ayah Sani mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, alfatehah…
Kembali ke pangkal tulisan, tentang pertikaian tadi, memanglah sekarang sedang ramai diperbincangkan, boleh dikata ianya viral, dalam perbualan kedai kopi terjadi pro kontra, sebagian mendukung langkah Tuan Isdianto untuk tidak berpasangan dengan Tuan Surya Respationo namun sebagian lagi menyumpah serapah Isdianto dengan menyebut sang Pelaksana Tugas seperti kacang lupa kulit, tak tahu berterima kasih lah, tak kenang budi lah, tak komitmenlah, tak gentlement lah, pokok nya tak betul lah Isdianto ni.
Tak ada api tak mungkin ada asap, rupanya semua dimulai ketika Tuan Isdianto menyatakan sikap tidak akan berpasangan dengan Tuan Surya Respationo pada Pilgub mendatang sepeti tajuk berita online yang sedang berseliweran di jagat maya, tak ayal pernyataan itu menyulut api politik yang sememangnya lah selalu siap terbakar, ditambah tukang kipas kiri kanan, batu api dah beserak, maka Tuan Isdianto dianggap sudah menepuk gendang, tanda mula nak berperang.
Rupanya lain yang menepuk gendang lain pula yang menari, adalah Tuan Ismeth Abdullah, Gubernur Kepri pertama, yang sempat didera tuduhan rasuah pada pengadaan mobil pemadam kebakaran saat menjabat Ketua Otorita Batam, dan telah pun menjalani hukuman, sekarang Ismeth kembali ingin ikut kontestasi Pilkada Kepri 2020, dengan slogan Kepri Bangkit, Ismeth percaya diri bakal memenangkan petarungan.
Pertikaian antara Isdianto dan Surya Respationo telah membawa berkah tersendiri bagi Ismeth, puak-puak melayu tempatan memang sejak awal tak mendukung kalau Isdianto berpasangan dengan Surya Respationo, bukan pulak intoleran atau anti kebhinnekaan tapi sosok Surya dianggap telah mencederai perasaan orang-orang melayu, hal itu pula lah mungkin yang menjadi alasan Surya Respationo menggandeng Isdianto sebagai pasangan nya di Pilgub nanti.
Dengan terbelah nya Isdianto dan Surya, peluang Ismeth semakin terbuka lebar, apalagi dari sekian banyak lembaga survei dan konsultan politik Pilkada, mengukur Ismeth masih “ada” di hati masyarakat Kepri, titik lemah nya hanya karena belum mendapat tiket berlaga, partai politik masih dalam posisi wait and see, dinamika yang berkembang belakangan ini semakin mencuatkan peluang Ismeth kembali memimpin Kepri, figurnya dianggap alternatif di tengah konflik yang terjadi, perubahan peta politik akibat pecah kongsi Isdianto dengan Surya menimbulkan beragam spekulasi, Isdianto dimungkinkan maju sendiri terlepas dari bayang-bayang Surya Respationo namun banyak pihak meragukan Isdianto dapat ikut bertanding, bisa jadi ada Tengku Erry kedua di Kepri.
Dan alangkah indahnya bila pihak-pihak yang mengaku peduli pada daerah dan membela marwah melayu tempatan dapat duduk bersama sama dan merundingkan jalan terbaik untuk kebaikan Kepri, lepaskan ego dan berjiwa besar InsyaAllah akan didapat keputusan yang tepat kepada siapa kapal besar ini layak dinakhodai. Kepri harus sejahtera dan jadi poros maritim dunia. Kussemangat..
*Penulis adalah Pemerhati Sosial Politik Provinsi Kepri/Alumnus Lemhanas
Comment