by

Membaca Kepentingan Singapura di Kepulauan Riau

-Opini-169 Views

Oleh : Buana F Februari

Pengkaji Geopolitik Kepri/Alumnus Lemhanas Angkatan 51 Tahun 2014

Seorang teman mengirimkan sebuah foto ke WhatsApp saya dan diberi caption “Ismeth dijamu makan siang oleh Konsul Singapura di Batam”, seketika dahi saya mengernyit melihat sebuah foto biasa yang tak biasa tersebut.

Makan siang adalah hal biasa dilakukan sambil berbincang entah tentang apapun, baik bisnis maupun urusan politik namun makan siang yang ditampilkan pada sebuah frame pertemuan 2 tokoh berbeda negara itu mencuatkan tanda tanya besar, apakah sebatas makan siang biasa ataukah ada deal-deal tertentu diantara mereka, bak istilah di panggung politik, tak ada makan siang gratis..

Saya mencoba me review hubungan Singapura dan Kepri selama ini, baik dari jejak zaman kerajaan dulu disaat masih bernama Temasek hingga sampai di era millenial kini, ternyata Singapura dan Kepri tak pernah sekalipun berperang, dan yang ada malahan hubungan yang mesra telah terjalin sejak beratus tahun yang lalu, bahkan Kepri sempat merasakan menggunakan Dollar sebagai alat tukar di era 1950 an.
Bila berkaca dari timeline sejarah maka tak perlu diragukan lagi bahwa Singapura adalah jiran yang baik untuk Kepri, terkadang ada ungkapan bila orang-orang dari Kementerian mengadakan acara di Batam selalu di hari Jumat, agar Sabtu dan Minggu nya dapat berkunjung ke Kecamatan Batam Utara, sebutan khusus untuk Singapura. Namun sesungguh nya tanpa kita sadari Singapura juga menganggap hal yang sama terhadap wilayah kita, mereka menyebut Bintan, terutama Bintan bagian Utara, adalah “wilayahnya” yang disewa dari Indonesia, bisa jadi mereka juga menggunakan istilah South Singapore untuk menyebut kawasan Bintan Utara tersebut.

Kembali ke pangkal tulisan, perihal jamuan makan siang yang disebutkan diinisiasi oleh sang Konsulat Jenderal Singapura yang berkedudukan di Batam, Mr. Mark Low, kepada Gubernur Kepulauan Riau periode 2005-2010, Ismeth Abdullah, masih menjadi bahan pikiran saya, mengingat Mark Low yang baru setahun menjadi Konjen sudah sedemikian agresif, Mark seakan mencoba menjajal seperti apa seorang Ismeth Abdullah, tak puas hanya membaca dari literatur atau testimoni orang lain, Mark merasa perlu full body contact dengan Ismeth. Dari gestur foto yang saya lihat, sang Konjen begitu respek dengan penyampaian Ismeth, karena info dari teman yang hadir di situ, komunikasi diantara mereka menggunakan bahasa Inggris.

Bagi orang awam, pertemuan itu gak ada yang istimewa, tapi untuk seorang alumni Lemhanas seperti saya, gerak gerik Singapura patut diamati dan dibaca arahnya. Karena negara Pulau itu sangat sarat kepentingan di Indonesia terutama di wilayah yang langsung berbatasan dengannya yaitu Kepulauan Riau, Singapura akan selalu menjaga value kita jangan sampai lebih tinggi dari mereka dan juga jangan pula terlalu rendah. Mendiang BJ. Habibie mampu membuat Singapura kelabakan dengan membangun Batam, untuk mengimbangi manuver Habibie maka reklamasi menjadi strategi Singapura, perluasan bandara Changi dikebut untuk melawan Bandara Hang Nadim Batam, bahkan sebenarnya kedaulatan udara kita masih dikuasai mereka, ya FIR (Flight Information Region), layanan informasi penerbangan dan layanan peringatan (ALRS) di ruang udara yang cakupannya hingga Natuna dikendalikan oleh ATC Singapura, sehingga menjadi aneh ketika pesawat yang hendak take off atau landing di wilayah Indonesia namun menunggu izin dari ATC Singapura.
Dari sisi pertahanan dan keamanan, jangan dikira Singapura tak punya Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata), ratusan squadron pesawat temput paling canggih senantiasa stand by di Texas, Amerika, yang dalam hitungan jam sudah bisa sampai dan meluluh lantakkan siapa saja yang berani mengganggu negara berpenduduk 5,7 juta jiwa tersebut, ngeri…

Namun demikian Singapura bukan tak memiliki kekurangan, kebutuhan air Singapura untuk masa mendatang juga menjadi hal yang krusial mengingat Malaysia berniat menghentikan suplai air ke negara singa itu, sehingga Batam menjadi satu-satunya harapan lumbung air mereka. Ribuan mil pipa gas yang membentang dari Natuna masih terus mengalir, belum lagi kalau kran ekspor pasir laut dibuka maka akan semakin luas daratan Singapura, alasan tersebut menjadikan ketergantungan terhadap Kepri sangat tinggi.

Saya berpositif thinking saja, mungkin Singapura merasa Kepri perlu di dongkrak value nya, barangkali mereka menilai kepemimpinan Kepri setelah Ismeth menukik tajam, sehingga ketika mendengar isu comeback nya Ismeth menjadi angin segar, atau bisa juga Mark ditugasi bos nya untuk mencermati situasi politik Kepri, dekati semua calon dan selalu pastikan siapapun Gubernur Kepri, kepentingan Singapura tetap aman.

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.