by

Pengusaha Vs Corona

-Opini-172 Views

*Oleh : Rinda Zaintito

Dunia saat ini sedang dilanda dengan Fenomena merebaknya virus yang dikenal dengan nama corona, ini yang kemudian membuat negara di dunia menerapkan lockdown atau pembatasan atas warga negaranya agar dapat memutus peredaran virus tersebut setelah dikatakan pandemik oleh WHO. Lalu bagaimana dengan perekonomian akibat Corona ini, saat ini banyak negara yang memutuskan sementara perdagangan dengan pemerintah China termasuk Indonesia.

Pemerintah Indonesia telah melakukan kebijakan berupa penerapan memberhentikan sementara kegiatan impor makanan dan minuman serta penerbangan dari dan ke negara China. Tidak hanya Indonesia yang memberhentikan sementara penerbangan ke negara China, namun kebijakan pemberhentian sementara juga dilakukan oleh beberapa negara di dunia yang khawatir akan masuknya virus Corona  ke negara mereka bahkan negara China sendiri menerapkan kebijakan karantina selama 14 hari bagi pelancong yang ke negaranya. Alhasil penulis melihat ini seperti blokade ekonomi atas negara tirai bambu tersebut, terlebih fakta bahwa merebaknya virus memang berasal dari salah satu kota di negara cina ini.

Di Indonesia penerbangan yang menuju ke China dialihkan sementara untuk melayani penerbangan domestik, ini berdampak kemudian pada sektor parawisata yang jumlah turis manca negara menjadi berkurang karena ulah virus corona ini padahal jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia adalah terbesar kedua, dengan kondisi demikian pemerintah Indonesia tidak tinggal diam yaitu sempat melakukan penganggaran sebesar Rp 72 miliar guna menyewa influence negara asing agar dapat mempromosikan parawisata Indonesia ke kancah internasional agar menarik wisatawan mancanegara, serta dari pihak pengusaha besar ada yang memberikan diskon agar dapat menarik parawisata lokal.

Lalu bagaimana dengan pengusaha kecil, yang pendapatannya per hari atau saat ia berjualan maka hasilnya adalah sebagai pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan menghidupi keluarga ?
Ini yang penulis merasa kurang mendapatkan perhatian dari penerapan lockdown oleh pemerintah, rata-rata pedagang kecil berjualan di pusat keramaian lalu bagaimana mereka menjual dagangan kalau keramaian justru dihindari oleh masyarakat, sementara ini disebabkan virus corona dan himbauan dari pemerintah.

Pada saat pemerintah mengeluarkan edaran atau himbauan mengenai pembatasan berinteraksi guna mencegah penyebaran virus corona yaitu bekerja di rumah pada 15 maret 2020, ada perusahaan yang merumahkan sementara pegawainya bahkan sampai PHK terutama di sektor parawisata karena bisnis lesu akibat wabah virus corona lalu di sektor pendidikan perguruan tinggi di alihkan melalui kuliah daring atau online. Semetara pekerja sektor formal bisa bekerja dirumah dan tetap mendapat gaji, anggaran Rp 3,3 triliun untuk mendiskon pajak restoran dan hotel, kebijakan insentif fiskal berupa penundaan Pajak Pengahasilan (PPh) pasal 22 kepada wajib pajak importir.

Bagaimana dengan nasib pekerja harian atau pengusaha kecil yang non formal atau yang berpenghasilan menengah kebawah, yaitu pemerintah memberikan stimulus fiskal berupa penambahan dana program sembako murah yang awalnya Rp 150 ribu per keluarga menjadi Rp 200 ribu bagi penerimannya. Terlepas dari itu adalah bahwa di sektor pengusaha kecil atau pedagang yang rentan dan berbahaya baig mereka akan situasi saat ini rasanya perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah sebab kita mengerti bahwa pembatasan ini demi kemanusiaan namun fakta pedagang kecil yang akhirnya tidak menemukan wilayah (keramaian) tempat mereka berjualan juga lambat laun berujung pada kemanusiaan.
Untuk itu kemudian himpunan pengusaha muda indonesia (HIPMI) meminta agar pemerintah menyiapkan paket stimulus bagi para pelaku usaha kecil menegah (UKM), seperti dikatakan Sona maesana, ketua umum BPC HIPMI jakarta selatan, kamis 19 maret 2020.

Adapun negara yang telah menerapkan kebijakan untuk usaha kecil menegah agar tetap produktif seperti amerika dan australia yaitu mengeluarkan kebijakan paket pinjaman bencana Covid-19 kepada para pengusaha, khususnya pelaku UKM di negaranya.
Pemerintah tentu memiliki pertimbangan lain mengenai suatu kebijakan, namun apabila kebijakan tersebut akan diterapkan ada baiknya menimbang dampaknya dan alternatif solusinya agar masyarakat antusias melakukan seperti apa yang di perintahkan. Kita berharap pemerintah dapat memberikan solusi mengenai permasalahan ini, terlebih lagi kita berharap virus corona ini segera berahir dan tidak ada lagi virus-virus susulan.

*Penulis : Mahasiswa STISIPOl Raja Haji Fisabiillah Tanjungpinang

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.