by

SKPT Mimika Sukses Gerakkan Ekonomi Nelayan Papua

JAKARTA:- Aktivitas perikanan di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kabupaten Mimika, Papua, mulai berdampak pada perekonomian masyarakat setempat. SKPT yang berlokasi di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Paumako ini mulai ramai disinggahi kapal-kapal ikan berukuran besar untuk melakukan aktivitas bongkar muat hasil perikanan.

“Hadirnya SKPT Mimika ini telah memberikan dampak positif dan memiliki efek berganda atau multiplier effect bagi kegiatan ekonomi di sekitar pelabuhan,” ungkap Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Agus Suherman di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Agus menjelaskan, SKPT Mimika telah berhasil melakukan ekspor produk kepiting ke beberapa negara, yaitu Malaysia dan Singapura. Dengan rincian, pada Desember 2019 lalu sebanyak 476 ekor ke Singapura senilai Rp133.28 juta dan 120 ekor ke Malaysia dengan nilai Rp33.6 juta.

Sementara awal Januari 2020 telah diekspor sebanyak 1.380 ekor kepiting hidup ke Malaysia dengan nilai Rp386.4 juta.

Dari catatan produksi ikan, kata Agus, juga menunjukkan peningkatan signifikan selama periode 2016-2019. Merujuk data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika, volume produksi di SKPT Mimika pada tahun 2016 hanya sebesar 4.907 ton, kemudian pada tahun 2018 mengalami peningkatan secara signifikan menjadi 20.587 ton, dan sampai bulan November 2019 produksinya sudah mencapai 23.999 ton.

Saat meninjau operasional SKPT Mimika, beberapa waktu lalu, Agus juga sempat melihat langsung pemanfaatan bantuan pemerintah, berupa kapal penangkap ikan beserta alat tangkapnya, cool box, sarana pengolahan, chest freezer, ice flake machine, gudang beku kapasitas 100 dan 200 ton, kendaraan berpendingin, mobil crane, serta fasilitas tambat labuh kapal kecil.

“Dari laporan dan hasil pengamatan secara langsung, bantuan-bantuan yang kita berikan sudah termanfaatkan secara optimal,” ujar Agus. Pemanfaatan bantuan oleh nelayan, seperti kapal dan alat penangkap ikan telah berkontribusi dalam menambah volume tangkapan sebesar 14,04 ton pada periode Desember 2018 sampai  Agustus 2019.

Lebih dari itu, bantuan pemerintah turut mendorong peningkatan pendapatan rata-rata penerima bantuan sebesar Rp2 juta per bulan. Awalnya pada musim udang, nelayan hanya menerima pendapatan sekitar Rp2.5 juta – Rp3 juta dan setelah menggunakan bantuan kapal dan alat penangkap ikan menjadi sekitar Rp4.5 juta – Rp5 juta per bulan.

Menurut Agus, keberadaan SKPT Mimika telah mampu mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat yang sudah mulai berjalan di PPI Pamaoko. Saat ini, sudah ada tiga pelaku usaha yang menampung hasil tangkapan nelayan yaitu Koperasi Perikanan Mbiti, UD. Arafura dan BUMN Perikanan  PT. Perikanan Nusantara (Perinus).

“Untuk Koperasi Mbiti selain sebagai offtaker juga sudah menjual es hasil dari Ice Flake Machine. Koperasi ini juga secara kontinyu telah melakukan ekspor udang dari hasil tangkapan nelayan sekitar,” terang Agus.

”Ikan dari nelayan sudah bisa kita beli dengan harga yang lebih bagus. Contoh ikan Mackerel yang sebelumnya 5-6 ribu per kilo,  sekarang mampu dibeli oleh BUMN perikanan Perinus dan Koperasi seharga 8-9 ribu,” sambungnya.

Untuk BUMN Perikanan PT. Perinus, saat ini telah merampungkan dokumen perizinan dan sementara proses sertifikasi ekspor hasil perikanan, sehingga dalam waktu dekat ini akan siap ekspor produk perikanan seperti : ikan pelagis kecil, ikan demersal, loin beku, loin segar, kepiting hidup dan udang beku.(ml/kkp)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.